Memberi Itu Simple


Sewaktu sampai kantor, tiba-tiba ada seorang bapak tua buta yang masuk ke kantor tanpa permisi. Beliau dengan tongkatnya berjalan tertatih-tatih menghampiri saya. Seakan-akan beliau tahu saya di sana, walaupun saya dengan sengaja telah meredam bunyi tapak kaki saya. Dengan menjulurkan tangan meminta, sayapun jadi galau 'mau memberi atau tidak'.

Pertimbangan saya:
1. Memberi karena tidak tega melihat orang tua yang sendirian susah berjalan dan tidak bisa melihat. 
2. Tidak memberi karena sepertinya ada kemungkinan beliau ini menipu saya, karena sepertinya tahu saya ada di mana, letak kantor di mana dll. Karena ada pengalaman pribadi, saya pernah dibohongi seperti itu.

Kemudian saya tersentak, seperti ada yang membisik 'membantu itu urusan dari hati bukan dari mata kita yang melihat atau otak yang berpikir'.


Singkat cerita, saya menyisihkan sedikit uang untuk membantu dan setelah itu, saya melihat pak tua itu sambil berjalan keluar mengusap air mata yang jatuh ke pipinya. 

Saya begitu tersentuh dan sedih merasa bersalah berprasangka buruk pada pak tua itu.

Intinya, memberilah karena kita pada dasarnya baik bukan ingin dilihat baik atau karena pihak yg kita sumbangi itu baik. Terlalu rumit jika memberi saja harus dipikirkan sedemikian matang. Ada hal yang memang harus dipikirkan dan ada hal yang hanya perlu mengikuti kata hati. 
Memberi Itu Simple via @Kutipan_AndaTweet this!

No comments:

Post a Comment