Paku di Pagar

Nail and Hammer
(Foto: Nail and Hammer)

Pernah ada seorang anak kecil yang memiliki temperamen buruk. Ayahnya memberinya sekantong paku dan mengatakan kepadanya bahwa setiap kali ia marah, ia harus memartil paku ke pagar.

Hari pertama anak itu telah memartil 37 paku ke pagar. Selama beberapa minggu berikutnya dia belajar untuk mengendalikan amarahnya, jumlah paku dipalu secara bertahap berkurang. Ia menemukan lebih mudah untuk menahan amarahnya daripada memartil paku-paku ke pagar. Akhirnya harinya datang ketika anak itu tidak marah sama sekali. Dia mengatakan kepada ayahnya tentang hal itu dan sang ayah menyarankan anak itu sekarang untuk mencabut satu paku setiap ia mampu menahan amarahnya.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki muda itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah dicabut. Sang ayah membawa anaknya dan menuntunnya ke pagar. Dia mengatakan "Kamu telah melakukannya dengan baik, anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah sama lagi. Ketika kamu mengatakan hal-hal dalam kemarahan, mereka meninggalkan bekas luka seperti ini. Tidak peduli berapa kali kamu bilang maaf, luka tersebut masih ada."

Pastikan Anda mengendalikan emosi Anda pada saat Anda tergoda untuk mengatakan sesuatu, karena menyesal kemudian tidaklah mengembalikan keadaan.

Paku di Pagar via @Kutipan_AndaTweet this!

3 comments:

  1. cerita yg mempunyai makna dualisme ! maaf saya ngga setuju coz dapat menimbulkan seseorang berfikir untuk memendam suatu perasaan/emosi yang menyebabkan di masa depan terjadi ledakan Emosi yg menyebabkan kehancuran bagi dirisendiri.

    ReplyDelete
  2. keren ceritanya...
    marah seperti itu ya...

    ReplyDelete
  3. bagus cerita pendek kamu.. :)
    lanjutkan ya
    kunjugi juga blog aku di http://ceritacewekatro.blogdetik.com/

    ReplyDelete